Belajar Respect dari Kisah Tikus

3:31:00 PM



Saya masih ingat, ketika pertama kali bekerja, perusahaan tempat saya memberikan pelatihan presentasi. Sebenarnya, sejak SMK pun saya sering presentasi didalam kelas, meskipun tidak sebaik sekarang tentunya. Saat pelatihan, kita diajarkan untuk mencari teknik terbaik bagi diri kita sendiri maupun teknik saat mendengarkan presentasi.

Ditulisan saya sebelum-sebelumnya, saya pernah membahas tentang mendengar  dan mendengar untuk paham. Respect juga tidak jauh dari mendengar. Diakhir sesi, kamipun diminta untuk praktik presentasi, tentunya sesuai materi yang sudah diberikan. Saat itu saya mendapat tema respect. Karena hal itu juga merupakan budaya yang diterapkan diperusahaan tempat saya bekerja.

Saya coba mencari beberapa literatur, dan akhirnya saya mendapatkan sebuah cerita yang berkaitan dengan respect. Saya termasuk orang yang menyukai cerita yang mengandung pesan positif, karena saya lebih mudah mengerti dan saya juga bisa menceritakannya kembali kepada orang lain.

Kisahnya kurang lebih sebagai berikut :
Suatu hari, hiduplah petani beserta istrinya disuatu kebun yang jauh dari perkampungan. Ia mempunyai seekor kambing, seekor ayam dan seekor sapi. Disamping mereka, hiduplah seekor tikus dan ular di sekeliling kebun mereka.

Setiap hari, tikus selalu mencuri makanan si petani. Hingga akhirnya petani geram, lalu ke pasar dan membeli sebuah perangkap tikus. 

Saat sampai dirumah, ternyata tikus melihatnya. Namun ia mengira bahwa yang dibawa petani adalah makanan. Tikuspun membuka bungkusan itu. Dia menerka-nerka, makanan apa yang dibawa oleh petani tadi. 

Betapa terkejutnya si tikus, karena yang dikeluarkan dari barang belanjaan petani adalah perangkap tikus. Sontak ia kaget dan berlari menemui hewan-hewan lainnya. Mengetahui bahwa nyawanya terancam, tikus mencoba mencari bantuan kepada hewan lainnya. 

Pertama ia bilang kepada ayam untuk meminta bantuan. Namun ayam menjawab : "Wahai tikus, sesungguhnya perangkap tikus itu adalah masalahmu. Kenapa kau harus bilang kepadaku. Carilah jalan keluarmu sendiri."
Karena sang ayam tidak menanggapi, sang tikus lalu pergi dan berbicara kepada kambing. 

Kali ini ia mendapat jawaban cukup simpati dari kambing. "Wahai tikus, saya cukup prihatin dengan masalahmu itu. Namun ketahuilah, bahwa aku tidak bisa membantumu. Karena aku tidak bisa apa-apa", tutur kambing.

Tidak puas, tikus lalu mencari bantuan kepada sapi. Namun kali ini sapi justru meremehkan masalah tikus. Sapi berkata "Wahai tikus, masalahmu itu tidak berarti masalah bagiku. Carilah jalan keluarmu sendiri."

Si tikus tidak putus asa, lalu ia berlari kesawah, dan bertemu dengan seekor ular. Sama seperti hewan lainnya, ularpun hanya menjawab singkat. "Hai tikus, sebenarnya itu masalahmu. Carilah jalan keluar sendiri", kata ular. 

Karena semua temannya tidak mendengar, akhirnya tikus pulang dengan putus asa. Ia pasrah dengan nasibnya yang akan segera tiba. Disaat yang bersama, sang petanipun memasang perangkap tikus disamping rumahnya. Lalu perangkap dibiarkan, dan petani masuk kedalam rumah untuk tidur bersama istrinya.

Suatu malam, sang petani terbangun karena mendengar suara gaduh dari perangkap tikus. Ia lalu menengok perangkap yang ia pasang tadi. Alangkah terkejutnya sang petani, ternyata yang terperangkap bukanlah tikus. Namun ternyata yang tertangkap adalah ular. Ketika melihat perangkap tadi, sang petani tidak sadar, bahwa kepala ular berada disamping kakinya. Alhasil, kakinya terpatok ular dan sang petani kesakitan. Ia kembali masuk kedalam rumah dan membangunkan istrinya untuk membantunya. Ular akhirnya mati, karena tidak bisa lepas dari perangkapnya.

Paginya, sang petani belum sembuh dan tubuhnya menjadi demam. Seperti kita ketahui, ketika demam maka opor ayam biasanya kita gunakan untuk membantu menurunkan demam. Akhirnya, ayam mereka disembelih untuk membuat opor ayam. Selang sehari, ternyata sang petani belum sembuh juga. Akhirnya tetangga yang jauh pun, menyarankan untuk memakan hati kambing. Alhasil kambing juga ikut disembelih untuk mengobati sakit suaminya.

Namun selang beberapa hari, petani justru semakin parah, hingga akhirnya sang petani meninggal dunia. Tamu-tamu yang jauh berdatangan, sehingga untuk menyuguhi tamunya, sapi disembelih untuk menjamu tamu-tamunya. Akhirnya, semua hewan yang tidak peduli tadi mati semua. Bahkan, tikus pun mati karena kini makanan tidak tersedia lagi dirumah itu, karena istri petani pindah ke kampung sebelah yang jaraknya lumayan jauh.

Dari sini, menurut pandangan saya, kita dapat melihat bahwa sesuatu masalah yang datang kepada teman kita saat ini, ketika kita tidak mempunyai rasa simpati dan menyepelekannya, bisa jadi masalah itu akan berefek kepada kita pula. Sebagai manusia, tentunya kita punya sifat sosial, terlebih lagi sesama muslim adalah bagai satu tubuh. Sehingga ketika ada teman kita yang susah, kita harus berusaha membantu. 

Jadi, sudahkah kita respect terhadap teman kita?

You Might Also Like

0 komentar

Masukkan Komentar dan Pesan Terbaikmu..

Tag me on Twitter