Semenjak kecil, saya sudah sadar. Keluarga saya bukanlah keluarga yang mapan, namun saya juga bersyukur, karena keluarga saya tidaklah kekurangan. Saat duduk di Madrasah Ibtidaiyah (MI), saya tidak pernah berfikir untuk bisa sekolah sampai SMK atau SMA. Keluarga saya sepakat, saya hanya akan disekolahkan sampai Madrasah Tsanawiyah (MTs) saja, lalu meneruskan di pesantren.
Saya bersyukur saja waktu itu. Belajar giat adalah kewajiban bagi saya. Setiap sore mengaji dikampung, adalah rutinitas di desa. Suatu saat, kami belajar kitab tipis, kami menyebutnya Alala. Ustad saya menjelaskan tentang isi kitab itu. Meskipun tipis, namun dampaknya telah membawa saya hingga sampai saat ini. Yang paling saya suka, adalah paragraf awal kitab tersebut, yang menjelaskam tentang mencari ilmu. Sebelumnya saya juga menulis tentang Alala. Silahkan dibaca di link tersebut.
Waktu di Madrasah saya belum terfikirkan akan melanjutkan hingga perguruan tinggi. Hari demi hari saya syukuri saja. Sebenarnya prestasi saya tidak terlalu buruk. Setelah lulus MI, akhirnya keinginan saya dan kemampuan orang tua berjalan sesuai harapan. Saya bisa sekolah hingga jenjang MTs, namun saya justru disarankan oleh Kepala Sekolah yang waktu itu beliau juga masih baru menjabat, untuk melanjutkan di SMP Negeri saja, karena jarang-jarang yang mau. Satu angkatan mungkin hanya 1 atau 2 orang saja, yang lain di MTs atau SMP swasta favorit di kecamatan kami. Saya dan keluarga mengiyakan. Waktu itu akhirnya saya berempat dengan teman saya yang melanjutkan di SMP Negeri.
Selama 3 tahun saya belajar, saya kembali bersyukur karena nilai saya tidak terlalu dibawah, hingga membuat orang tua berfikir untuk melanjutkan saya ke sekolah SMA/SMK. Mereka berfikir, nilai segitu pantas untuk dilanjutkan ke SMA atau SMK. Kami berdiskusi. Sementara, saya dan keluarga sepakat, bahwa saya akan sekolah sambil belajar di pesantren, namun saya meminta waktu 1 tahun untuk menyesuaikan diri dulu, karena waktu itu saya memilih SMK yang tidak biasa, SMK 4 tahun.
Bukan tanpa alasan saya memilih. Bagi saya, jika bisa sekolah hingga SMA, maka tidak ada pilihan selain melanjutkan hingga perguruan tinggi. Saya tahu, bahwa dengan sekolah di SMK 4 tahun itu, selepas lulus saya bisa langsung bekerja. Dan cita-cita waktu itu, saya ingin suatu saat nanti bisa sekolah sambil bekerja.
Satu tahun berjalan, saya bersyukur nilai saya lagi-lagi tidak terlalu buruk. Lalu sesuai kesepakatan awal, saya berniat sambil belajar si pesantren, namun karena ada "sesuatu", akhirnya hingga kelas 4 dan bahkan saat ini, saya belum pernah belajar secara khusus di pesantren. Namun saya tetap bersyukur, karena mungkin dengan cara itulah, Allah menunjukkan kepada saya, bahwa rencana-Nya adalah sebaik-baik rencana dibanding rencana makhluknya. Namun saya tetap yakin, kalau saya ingin, pasti Allah akan memberikan jalan bagi saya untuk bisa belajar dipesantren suatu saat nanti. Yakin saja.
Hingga kelas 3, akhirnya bisa lulus UN dan saya naik ke kelas 4. Seperti biasa, semester pertama dikelas 4 harus diisi dengan Praktek Kerja. Inilah awal perjalanan rantau saya. Waktu itu saya ikut mendaftar disalah satu perusahan besar di Bogor. Tak disangka, akhirnya saya diterima diantara 11 teman saya yang juga diterima.
Waktu berselang 6 bulan, beruntung saya ditawari bekerja ditempat itu. Hal yang tidak pernah saya lupakan, adalah selalu berdiskusi dan meminta pendapat orangtua. Karena bagi saya, mendengar dari orangtua adalah salah satu bagian menghormati orangtua.
Bisa bekerja, saya sudah sangat bersyukur. Namun keinginan untuk melanjutkan sekolah lagi, tetap membara dalam diri saya. Saya juga tidak tahu, nilai yang pas-pasan akhirnya bisa menghantarkan saya masuk diperguruan tinggi, meskipun saat ini saya masih bekerja. Alhamdulillah. Saya mengambil jurusan yang sama dengan jurusan yang saya ambil sewaktu SMK. Saya sangat mencintai jurusan ini.
Saat ini saya baru menempuh setengah perjalanan, namun keinginan saya untuk bisa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi, kembali mencuat. Entah kapan, tapi saya yakin, Man Jadda waJada. Saya percaya bahwa inilah rencana terbaik-Nya. Jika sampai sekarang saya bisa sampai seperti ini, bukankah tidak mungkin jika akhirnya bisa mewujudkan rencana yang lebih baik lagi? Kita hanya ditugaskan untuk berencana terbaik sebisa kita, usaha terbaik sekuat kita, berpikir terbaik semampu kita, dan biarlah Allah yang akan mewujudkan rencana terbaikNya.