Namanya bekerja, pasti ada bos yang mengatur semua kegiatan organisasi. Sebenarnya saya lebih suka bilang leader daripada bos, karena sebenarnya dua kata ini berbeda. Namun di Indonesia, orang biasa memanggil dengan kata bos. Sehingga, didalam tulisan ini, akan digunakan kata bos yang merujuk pada leader, atasan, owner ataupun bos itu sendiri.
Bos, bisa saja orang lain atau justru kita sendiri. Karena masing-masing orang memiliki kapabilitasnya masing-masing. Akan tetapi, terkadang ada bos yang sebenarnya kurang, hampir atau tidak mempunyai kapabilitasnya untuk memimpin anak buah. Sehingga, tujuan organisasi menjadi tidak tercapai sesuai target.
Dahulu, tentunya kita sering melihat bos adalah orang yang sudah tua (tidak muda-red). Namun, semakin berkembangnya zaman, terlebih di era digital ini, banyak sekali perusahaan pemula yang tumbuh. Alhasil, yang jadi bos pun adalah orang yang masih muda. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saat ini, ada pemikiran yang sudah tidak relevan lagi. Baik bagi bos tua terlebih bos muda. Namun, ada juga bos yang justru sangat menunjukkan bahwa ia adalah seorang bos yang baik.
Beberapa hal tersebut, coba kita bandingkan dengan bos kita masing-masing. Bos teman-teman termasuk yang mana ?
Bos selalu benar vs . . .
Biasanya, karena bos seringkali meeting dan mengurusi hal yang bukan dilapangan, maka ketika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, bos akan menyalahkan bawahannya. Memang sih, bawahan punya tanggung jawab untuk hal itu. Namun, tetap saja bawahan yang salah dan bos akan lepas dari masalah. Karena bos selalu benar.
Namun, sekarang banyak bos yang memang karena kapabilitasnya tinggi sebagai seorang pemimpin, ia sadar bahwa kesalahan yang diakibatkan oleh anak buahnya, ada kontribusi dia terhadap kesalahan yang dilakukan anak buahnya itu. Sehingga, ia akan paham dengan penjelasan anak buahnya dan memperbaiki masalah bersama.
Kamu kerjakan ini vs . . .
Kerja pasti melelahkan. Tapi jika tidak kerja, pasti lebih melelahkan. Selain fisik yang pergi kemana-mana untuk cari kerja, tapi juga batin pastinya.
Saat bekerja, adakalanya kerjaan kita banyak atau sedikit. Bagi bos yang tidak peduli, maka bisa saja ia menambahkan beban yang lebih banyak lagi. Ia tidak peduli dengan kesusahan yang dialami bawahan. Yang jelas, semua tugas harus diselesaikan sesuai kemauan bos, meskipun jika dilihat dari kapasitas bawahannya, tugasnya tidak akan selesai karena overload.
Berbeda dengan bos yang peduli terhadap bawahannya, tidak ada kata gengsi untuk membantu bawahannya mengerjakan hal apapun. Sehingga, pekerjaan menjadi cepat selesai dan sama-sama senang.
Saya bos kamu vs . . .
Bagi beberapa bos, bawahan hanyalah alat untuk menghantarkan karir si bos menjadi lebih tinggi lagi. Sehingga, mau tidak mau bawahan mengerjakan apa saja yang diminta oleh bos. Bahkan jika ditanya tentang pekerjaan yang dilakukan, bos hanya akan jawab kerjakan saja. Orientasi hanyalah pekerjaan.
Lain lagi dengan bos yang sudah berpikir masa kini, ia menempatkan dirinya sebagai seorang teman dalam bekerja. Sehingga, bawahan akan merasa bekerja tanpa adanya tekanan. Bahkan tak jarang, bos yang ini menawarkan bantuan meskipun bukan dalam hal kantor alias urusan pribadi. Sehingga, bawahan menjadi merasa nyaman dan aman bekerja dengan bos.
Ini hasil kerja bos vs . . .
Karena bos adalah puncak tertinggi suatu bagian atau organisasi, maka apa yang tercapai seringkali diakui oleh bos bahwa itu adalah hasil kerjanya. Anak buah tidak ia anggap sebagai faktor yang berpengaruh terhadap suatu proyek.
Berbeda dengan bos yang mempunyai sifat team mate yang tinggi, ia menganggap bahwa semua keberhasilan yang dilakukan adalah hasil kerja anak buah. Dan ia berhasil memanage anak buahnya untuk bekerja dengan baik. Karena ia sadar, sebagai bos tugasnya adalah mengarahkan anak buahnya.
Bos kebal aturan vs . . .
Ada beberapa cerita tentang seorang bos yang taat aturan namun ada juga yang justru kebal aturan. Jika ada anak buah yang salah, maka bisa jadi langsung dapat SP. Sedangkan jika bos salah, maka jangankan SP, bahkan bos tetap bersikukuh bahwa itu adalah hal yang benar.
Seiring berkembangnya zaman dan jiwa leadership yang tinggi, maka bos yang baik pun menyadari bahwa ia harus menjadi panutan bagi anak buahnya. Sehingga, jika salah ia dengan kesatria meminta maaf kepada anak buahnya.
Urus kerjaanmu sendiri vs . . .
Bos yang hanya ingin enak sendiri, ia memilih bersantai sementara anak buahnya punya pekerjaan yang menumpuk. Atau justru, meskipun ia melihat ada anak buah lain yang santai, ia biarkan saja. Sementara ada bawahan yang kelimpungan dengan kerjaannya.
Namun, banyak juga bos sudah bisa melihat realita, tidak hanya dari orang kepercayaannya saja. Sehingga, ketika ada bawahan yang pekerjaannya banyak, ia akan bagi dengan bawahan yang lain yang kerjaannya lebih sedikit. Tak jarang pula, ia justru ikut menawarkan bantuannya untuk mengerjakan hal yang harusnya dilakukan oleh anak buah. Karena bos tipe ini sadar, bahwa mereka adalah sebuah tim.
Dari pemaparan diatas, mana bos yang kamu punya atau mana sifatmu sebagai bos ? Jika kita punya bos yang pemikirannya tidak relevan, coba deh minta ia baca tulisan ini. Dan jika kita sebagai bos, mari perbaiki agar anak buah menjadi nyaman bekerja. Lets change, because Writing is to Change.
...
Inpirasi dari
Blog.id.jobplanet.com/Widya Sulistiani via Kaskus