Sebagai anak yang hidup dalam adat Jawa, seringkali saya mendengar kata Railok dari orang tua, keluarga, tetangga atau teman. Intinya adalah, kita tidak boleh melakukan hal itu dan gak boleh tanya alasanya.
Belakangan, setelah saya bekerja di Bogor, ternyata orang Sunda juga punya hal serupa, istilahnya Pamali. Mungkin, didaerah lain bakal ditemukan hal serupa, hanya saja dengan nama yang berbeda. Namun, justru karena kata itu mengandung larangan, saya malah jadi penasaran. Karena, menjadi ingin tahu sebenarnya kenapa hal itu tidak boleh.
Sehingga, dulu waktu masih kecil saya jadi sering melakukan hal-hal yang kata orangtua Railok itu. Alhasil, yang didapat adalah dimarahi orangtua. Dan tahukah, meskipun kita sudah dimarahi, tetap saja alasannya tidak diberitahukan, kenapa hal itu dilakukan.
Beberapa contoh Railok atau Pamali adalah :
Jangan makan didepan pintu
Jangan melangkahi makanan
Jangan keluar kalau udah mau maghrib, dll.
Sebenarnya, kata-kata tersebut pastilah punya alasan kenapa tidak boleh. Contohnya saja kenapa kita dilarang makan didepan pintu, karena menghalangi orang lewat. Kenapa kita dilarang melangkahi makanan, karena bisa-bisa malah menginjak makanan. Kenapa tidak boleh keluar menjelang maghrib, karena sudah gelap dan karena siap-siap untuk sholat.
Jadi, menurut saya apa yang dikatakan "jangan" justru membuat kita jadi penasaran, dan secara tidak sadar memberitahu kita tentang hal tersebut. Salah satunya, beberapa waktu lalu muncul broadcast terkait larangan untuk mendengarkan musik yang katanya mempunya efek seperti narkoba. Nah, kita yang tadinya tidak tahu justru jadi penasaran dan ingin coba mendengarnya.
Contoh lain yang menurut saya menggemaskan adalah, tayangan berita di tv yang bertajuk "investigasi". Saya tidak tahu, apakah memang acara itu ingin menginvestigasi atau justru menyesatkan. Didalam acara itu, ditayangkan bagaimana oknum melakukan kecurangan dalam penjualan yaitu menggunakan pengawet untuk pempek, lengkap dari beli bahan, proses hingga jualnya. Nah lho!
Acara ini menurut saya justru tidak mendidik. Yang pertama, jika memang tv itu ingin memajukan bangsa kita ini, seharusnya stasiun tv itu bekerja sama dengan pihak berwajib u tuk memberantas kecurangan. Namun, bisa dilihat, sang pelaku hanya diwawancarai dan dibiarkan. Hmm. Lalu kedua, masyarakat yang tidak tahu, justru menjadi inspirasi untuk melakukan kecurangan serupa. Masih ada efek lain? Masih banyak!
Rasanya, kita harus mulai merubah apa yang sudah terbiasa saat ini. Jika sebelumnya kita bilang jangan pergi menjadi tetaplah disini. Ubahlah dari jangan terburu-buru menjadi santai saja. Ubahlah dari jangan bergurau menjadi mohon tetap tenang. Ubahlah dari jangan sampai salah menjadi cari yang benar.
Berani mulai ? Yuk bergandengan tangan. Change the World by Change the Word.
Inspired by Hari Dewanto | Hynotheraphist & Happiness Coach