...
Lalu kembali lagi kepada sopir angkot tadi, meskipun saya diam, tapi ia masih ngotot untuk mengeluh. Ia kembali mengeluh tentang bbm yang sulit didapat oleh angkot seperti dia. Apalagi sekarang banyak taksi online yang dianggap dia "bodoh".
"Bagaimana mau untung coba, naik dari jambu dua ke sukasari, eh pake apa itu jadinya gratis. Bensinnya mau balik modal dari mana?" Pungkasnya.
Saya hanya manthuk-manthuk saja sambil tersenyum. Dalam hati aja saya jawab, itu karena dapet komisi dari perusahaan pak. Perusahaan juga dapat investor selain dapet juga komisi karena download aplikasi, penggunaan data internet, kerjasama dengan iklan, dll yang kalaupun saja jelaskan pak sopir pasti tidak paham.
Hingga saya turun di terminal baranangsiang, pak sopir tetap saja celoteh yang entah itu mengeluh atau hanya bahan obrolan untuk menemaninya ia saja. Karena dari saya naik, memang angkotnya tidak penuh. Saya hitung hanya 6 orang saja penumpangnya, itu termasuk saya.
Saya berfikir, memang wajar konsumen lebih memilih taksi online yang saat ini banyak voucher sehingga penumpang tinggal order online, dijemput lalu diantar sampai tujuan dan tidak perlu membayar sama sekali. Sedangkan paket internet sudah pasti tiap bulan dibeli. Itu lebih murah, lebih nyaman dan tentunya tidak berdesakan.
Lalu ketika naik angkot, biasanya ketika banyak penumpang, mereka tumpuk terus sampai bejubel tidak bergerak. Kadang suka sebal juga, tapi itulah balada angkot. Mungkin mereka juga ingin mendapat penumpang sebanyak-banyaknya, tapi disisi lain penumpang merasa tidak nyaman.
Akhirnya, mereka mengeluh jika penumpangnya jadi sepi karena beralih ke kendaraan yang lebih nyaman dan harga yang bisa saja lebih murah. Memang tidak semua sopir angkot begitu, karena pernah saya naik angkot, meskipun angkotnya baru diisi 7 orang, padahal biasanya diisi 9 orang, ketika ada penumpang yang melambaikan tangan pertanda ingin naik angkot, ia hanya membunyikan kalkson dan terus jalan. Sambil ia bilang bahwa udah aja ah, gak usah penuh-penuh, kasihan penumpang lain.
Nah, kalau sudah banyak persaingan begini terus mau bagaimana ya. Mungkin banyak benarnya pepatah lama yang bilang, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena ada (baca banyak) angkot yang ngisi penumpangnya sampai bejubel, nyetir kebut-kebutan, berkata kasar dan kotor, kalo ada kembalian langsung tancap gas, begitu kurang sedikit memaki pelanggan, akhirnya ketika muncul taksi online mereka jadi kelimpungan.
Jadi, ego mungkin jadi kuncinya. Jika angkot membenahi diri, sudah pasti konsumen tidak akan pindah ke taksi. Bersaing adalah kuncinya. Dalam bersaing, kita tidak selalu menang. Adakalanya kita jadi pemenang, ada kalanya kita jadi belajar. Karena, petarung sejati tidak berfikir kekalahan, tapi merupakan pembelajaran.
Itu menurut saya, bagaimana menurutmu ?
# manthuk-manthuk adalah kata dari bahasa jawa, yang berarti mengangguk beberapa kali.