Kemarin saya dapat cerita dari seorang teman lama. Anggaplah namanya Aa'. Dia bekerja dengan seorang teman bernama Babe di kantor. Ada sedikit cerita menarik diantara mereka. Selama 2 tahun terakhir, mereka dalam satu pekerjaan yang sama. Kekompakan terus mereka bina, kerjasama dan saling membantu mereka lakukan tiap hari kerja, bahkan terkadang juga dihari weekend.
Hingga suatu saat, terjadi rolling di bagian mereka. Babe dipindahkan ke bagian lain. Ada yang menarik dari Babe tadi, setiap pagi ia rajin melakukan ibadah sholat dhuha. Dan entah kenapa, teman saya tadi jadi ikut-ikutan aja. Kalau Babe pergi ke masjid, spontan pun teman saya tadi ikut. Dan ia merasa iri (dalam artian positif) kalau Babe bisa, kenapa ia tidak bisa. Dan itulah yang seringkali mereka lakukan, apapun dilakukan bersama, hingga muncul kalimat dari teman-teman dibagian mereka, "dimana ada Babe, disitu ada Aa'"..hehe
Nah, kisah ini juga mengingatkan saya kepada tulisan saya sebelumnya tentang teman. Urusan teman ini memang sangat harus diperhatikan bagi seorang muslim, karena dari berteman itu, pasti hasilnya ada dua. Antara kita jadi ikut mereka, atau mereka yang jadi ikut kita. Tidak masalah jika teman-teman kita itu baik, maka kita akan terlular kebaikannya atau justru bisa berkolaborasi untuk melakukan hal baik. Namun, jika mereka kurang atau tidak baik, maka jika pendirian kita tidak kuat, bisa saja kita ikut terjerumus dan ikut teman kita yang tidak baik tadi.
Menurut saya, kisah yang terjadi pada teman saya ini masuk dalam bagian dimana teman saya berteman dengan orang baik, dan ia jadi ikut melakukan kebaikan. Kegiatan positif Babe tertular pada teman saya, sehingga energi positif selalu terpancar ditempat kerja mereka dan kedamaian selalu tercipta.
Saat ini, Babe sudah pindah kebagian lain. Dan memang terbukti teman jadi merasa kurang tertantang untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya rutin tadi, karena tidak ada Babe. Mungkin ini adalah ujian dan kemarin saat masih bersama Babe adalah latihannya. Namun karena latihan kemarin teman saya kurang semangat, jadinya pas lagi ujian tidak lolos deh. Teman saya jadi kurang merasa bersemangat, ibadah dhuha jadi bolong dan merasa kurang tertantang.
Dari sedikit cerita diatas, setidaknya ada satu poin penting yang ingin saya sampaikan. Bahwa, kompetisi itu memang sebaiknya ada, karena itu jadi pemicu atau stimulus dalam melakukan kegiatan. Kita harus melihat bahwa kompetisi itu positif, karena kita jadi ada pembanding untuk melakukan kerja atau ibadah. Bukan kita menganggap diri kita lebih bagus, tapi kita harus melihat teman kita yang lebih bagus lalu menantang diri kita agar bisa selalu lebih bagus dan lebih bagus dari diri kita sebelumnya.
*Image by Afiv