"Wah...bahaya...jalan kok gak liat jalan. Jangan lihat hp terus." Kata seorang bapak di samping saya.
Sontak saja, saya kaget lalu menoleh kebelakang. Ada seorang perempuan muda berkacamata, satu tempat kerja dengan saya. Ya. Seorang yang dengan fokus menatap layar smartphone, tanpa mengindahkan lingkungan sekitarnya. Hebatnya, ia terus berjalan kaki, namun sama sekali tidak melihat jalan yang ia lewati.
Cukup miris memang. Dimana zaman yang serba digital ini, kita dituntut untuk terus eksis. Tidak hanya di dunia nyata, namun juga di sosial media. Kalau dulu kita hanya cukup punya email dan facebook, sekarang sudah berkembang lagi. Ada yang personal seperti twitter, instagram, path dan pinterest. Ada juga untuk bisnis seperti tumblr dan linkedin. Ada juga pesan singkat seeperti whatsapp, line maupun bbm. Bahkan masih banyak lagi yang tidak saya sebutkan diatas. Entah saya tidak bisa mengingatnya atau memang tidak mau saya ingat.
Era digital atau bisa disebut era dunia maya, bukan berarti kita mengindahkan dunia nyata. Seringkali saya melihat dan mengalami, ketika saya bertemu dengan teman lama, justru masing-masing sibuk dengan menggenggam "smartphone" masing-masing.Tidak lagi asyik bercanda ria seperti dahulu, masing-masing justru asyik dengan genggaman.
Suasana temu kangen tidak lagi jadi ajang berkangen dan bernostalgia. Hanya jepretan kamera yang seringkali mesti didapatkan dan tidak boleh terlewat. Karena itulah yang harus ada jika mau eksis di dunia maya.
Tidak salah memang. Kita ikut eksis di dunia maya, namun jangan lupakan. Bahwa kita hidup di dunia nyata. Boleh terus menggenggam "smartphone", namun jangan kalah smart dengan benda yang kita pegang itu.
Bedanya, kita punya hati dan perasaan, namun "smartphone" tidak. Ia hanyalah mesin yang menunjang hidup kita. Sesekali, saya jadi ingat dengan salah satu brand handphone masa lalu, yang kini telah tergerus zaman dan tak terdengar lagi kisah sukses yang dulu di dengungkan. Nokia. Ia dulu kaya, adidaya dan banyak karya. Saya sangat ingat, ketika menghidupkan handphone muncullah, welcome screen bergambar dua tangan yang bersalaman dan ada tulisan "connecting people". Saya sangat setuju jika zaman itu kita memang benar-benar dihubungkan dengan keluarga, kerabat, teman atau entah siapa yang jauh dari kita, menjadi terasa dekat, berkat kita bisa saling tukar kabar dengan mesin yang bernama handphone itu.
Namun sekarang, entahlah. Mesin bernama "smartphone" itu, justru lebih sering membuat kita lupa dengan sekitar, dengan siapa kita berbicara dan tak melihat jalan..
Afif
30 Sept 2016
Bogor
*Image by Afiv