Milad itu . . .
10:53:00 PM
Tak berasa, hari ini tepatnya Selasa, 11 Oktober 2016 umurku sudah menginjak dewasa. Ya, sejak 11 Oktober 1993 aku telah resmi menyandang status sebagai penghuni bumi nusantara. Sudah 23 tahun lamanya, aku berjalan menjajaki kehidupan ini.
Dimulai dari desa kecil di Jateng, kini aku merasakan hiruk pikuk dikota Jabar. Dari awalnya aku mencoba berjalan melangkah dituntun ibu dan bapak, lalu aku bisa berlari kencang, dan kembali berjalan untuk melangkah, kini aku sudah bisa berlari kembali meski tak secepat dulu. Dari awalnya aku hanya bisa memanggil kata papapa dan mamama, hingga kini aku sedikit demi sedikit bisa berbicara bahasa negeri lain.
Dimulai dari desa kecil di Jateng, kini aku merasakan hiruk pikuk dikota Jabar. Dari awalnya aku mencoba berjalan melangkah dituntun ibu dan bapak, lalu aku bisa berlari kencang, dan kembali berjalan untuk melangkah, kini aku sudah bisa berlari kembali meski tak secepat dulu. Dari awalnya aku hanya bisa memanggil kata papapa dan mamama, hingga kini aku sedikit demi sedikit bisa berbicara bahasa negeri lain.
Bersyukur itu harus, karena aku yakin dan percaya, adalah Allah yang meridhai diriku ini, sehingga masih diijinkan untuk berpetualang di dunia ini.
Pencapaianku belum banyak, justru dosaku kian banyak. Aku tahu, setiap kata yang terucap dari bibirku, mungkin terasa ringan bagiku, namun aku tidak tahu pasti, orang yang mendengarkan bisa saja saja sakit atau terluka, untuk itu saya berdo'a semoga Allah mengampuni saya.
Masih ingat sekali, kisah ini sudah 5 tahun lamanya, mungkin sudah telat untuk dituliskan dalam sebuah kisahpun. Bahkan darah sudah mengering dan kesedihan sudah aku paksa menyerah, agar menjadi rasa syukur. Saat itu, ketika hendak pulang dari sekolah, aku pernah kecelakaan. Yang menyebabkan kaki kananku patah, bukan hanya satu bagian tapi dua bagian sekaligus. Nampaknya hampir saja aku bersahabat dengan rasa putus asa. Namun aku disadarkan, bahwa aku saat itu masih tergeletak dijalan raya. Aku harus berjuang untuk berjalan ke pinggir agar kendaraan lain bisa lewat, namun aku tak berdaya. Hingga kemudian tak b erselang lama banyak orang berkerubut lalu menaikkanku ke atas mobil bak terbuka dan membawaku ke rumah sakit terdekat. Aku masih sadar, bahwa kakiku tak bisa ku langkahkan lagi.
Aku sangat bersyukur terhadap pak sopir itu, meskipun aku tidak melihatnya bahkan tak sempat berterimakasih dengannya, namun ia mau menolongku dan mengantarkan ke rumah sakit. Semoga bapak dibalas pahala oleh Allah..aamiin..
Berselang, akhirnya kedua orangtuaku datang. Rasanya tak tega, melihat mereka menangis melihat anaknya terlentang dan hanya berkedip saja. Ahh..rasanya itu menyakitkan.
Lalu aku di bawa ke rumah sakit diluar kota untuk di operasi. Bersyukur operasi berjalan lancar.
Dan hari yang baru itu dimulai. Saat aku tak bisa lagi berjalan sendiri, tak bisa lagi sholat sambil berdiri, tak bisa lagi pergi sekolah lewat sungai, tak bisa lagi aku berlari, bahkan ke kamar mandi pun aku tak bisa. Aku disadarkan, bahwa kedua orang tuaku sangat menyayangiku.
Tiap pagi untuk kedua kalinya aku diajarkan cara berjalan kaki, hingga akhirnya aku harus bisa berjalan kembali. Meski dengan bantuan dua tongkat besi. Tak berselang lama, kuputuskan untuk kembali ke bangku sekolah, orangtuaku seakan tak rela melepasku. Namun, aku punya tekat yang bisa meyakinkan mereka. Aku yakin mereka terpaksa waktu itu, terpaksa meninggalkanku seorang diri untuk kembali berjuang melalui kehidupan ini.
Lalu, haripun mulai membaik. Perlahan tapi pasti kucoba terus untuk menaiki tangga. Tiap pagi kukayuh besi itu agar aku bisa sampai kesekolah. Suara besi jelas terdengar oleh teman-temanku, namun aku berharap mereka tak begitu terganggu dengan keadaanku ini. Akhirnya aku merasa kembali beruntung punya teman seperti mereka semua.
Prestasiku pun dalam kelas yang tadinya anjlok mulai kuperbaiki, cara pandangku juga kuperbaiki untuk lebih bersyukur dengan hidup ini. Bahkan sampai sekarang selalu aku perjuangkan untuk tetap bersyukur.
Rasanya, tak cukup jika harus kutuliskan kisah selama 4 bulan bersama tongkat besi itu.
Hingga akhirnya, aku mulai bisa berlari, bahkan hingga sampai saat ini aku tinggal di kota hujan, Jabar. Kuputuskan bekerja untuk membantu membiayai kuliahku. Lelah tak lagi terasa, jika mendengar kedua orangtuaku tertawa.
Aku masih berjuang, dan perjuangan ini masih terus berlanjut. Waktuku semakin sempit dan harus kupercepat perjuanganku ini.
Hingga akhirnya, aku mulai bisa berlari, bahkan hingga sampai saat ini aku tinggal di kota hujan, Jabar. Kuputuskan bekerja untuk membantu membiayai kuliahku. Lelah tak lagi terasa, jika mendengar kedua orangtuaku tertawa.
Aku masih berjuang, dan perjuangan ini masih terus berlanjut. Waktuku semakin sempit dan harus kupercepat perjuanganku ini.
Dunia telah memberiku berbagai hal, dan akupun sedang mulai berjuang agar dapat berkarya bagi dunia, agar kelak bisa menghantarku ke alam akhirat yang kekal.
Terimakasih kepada bapak ibu, adikku, keluarga, teman (spesial untuk kalian yang menemaniku malam itu di rumah sakit), guru dan semua orang yang telah menginspirasiku, serta seseorang yang sedang aku perjuangkan.
Alhamdulillah . . .
=============
Afiv Maruf
11 Oktober 2016
*Image source www.muhammadnoor.com
*Image source www.muhammadnoor.com
0 komentar
Masukkan Komentar dan Pesan Terbaikmu..