Garis terjal nan berliku
Dan disertai sudut sudut yang memantul ke gravitasi bumi
Melawan akan ketakutan tak berujung
Terus berjalan
Dimana . . .
Seakan tak pernah sampai
Berkata bahwa tunggulah waktu
Karena ia akan segera tiba
Di depan sinar mata
Dan menampakkan sebuah indahnya
Bukit tinggi yang menjulang tinggi
Di hamparan laut hijau
Indahnya tak terkoyak akan hal lain
Menghibur sebuah masalah
Dengan melipur lewat akarnya yang bersembunyi dalam tanah
Mengobati rasa sakit
Dengan hati yang terjamah oleh lindungan bukit
Menghabiskan sang waktu
Dengan memuaskan indahnya dedaunan hijau
Tiada sesal untuk bertemu denganmu
Karena tak tahu kapan lagi
Sebuah tanah bertanam daun
Yang berasa pahit . . .
Dihamparan langit dan memancarkan warna hijau
Engkau memang hebat
Tanah diakarmu sebagai parjalanan
Daun ditubuhmu sebagai petikan
Ranting di jiwamu sebagai penopang
Meskipun engkau tak berbunga
Dan sekalipun tak berbiji
Namun alam disekitarmu bersatu. . .
Dalam manisnya sebuah nama
Tambi . . .
................................................................................
Sewaktu SMK, dulu ada PR untuk membuat puisi. Kalau tidak salah, saat saya kelas 3.
Puisi diatas, adalah hasil tulisan yang muncul untuk mengobati kecewa. Kecewa karena sewaktu liburan, saya bersama teman-teman tidak jadi main ke Tambi.
Meskipun masih jelek, tapi ya lumayan lah ya :)